Tiba-tiba saja saya terlintas pertanyaan tersebut di benak saya. Buku apa yang pertama kali saya baca? Sejauh ini saya telah membaca ratusan buku dari beragam genre dan banyak di antaranya telah menjadi koleksi pribadi saya di kamar. Mulai dari novel, roman, kumpulan cerpen dan prosa, puisi, kamus, buku-buku ilmiah mengenai kimia, fisika, matematika, biologi, studi Islam, hingga psikologi dan manajemen tersebar di rak buku saya. Cukup banyaknya buku yang telah saya koleksi saat ini menjadikan saya mengingat-ingat, buku apa yang sebenarnya pertama kali saya baca.
Ingatan saya pun kembali ke 16 tahun yang lalu saat saya masih berumur sekitar 5 tahun, ketika saya pertama kali mengenal aksara yang kemudian mengenalkan saya kepada dunia. Di usia tersebut saya sudah dapat membaca. Ya, mungkin termasuk cepat untuk anak dengan usia tersebut sudah mampu mengenal huruf dan angka. Pengetahuan saya tentang huruf dan angka tidak saya dapat dari sekolah atau taman kanak-kanak (saya tidak pernah mengenyam jenjang TK), melainkan dari almarhum Ayah saya. Beliaulah guru membaca pertama saya, yang membeli poster ilustratif berisi huruf dan angka, menuliskannya di papan hitam yang beliau beli dengan kapur tulis, mengajari saya mengeja serta melafalkannya untuk pertama kali, dan kata pertama yang saya tulis dan lafalkan dengan sempurna adalah "ABI", nama depan saya yang dalam bahasa Arab juga berarti "Ayah".
Ayah saya gemar membaca, meski beliau tidak pernah mengenyam pendidikan tinggi. Koleksinya saat itu lebih banyak mengenai studi agama Islam yang masih saya simpan di rak buku saya hingga saat ini. Samar-samar saya mengingat beberapa koleksi buku Ayah saya yang menjadi buku pertama yang saya baca dalam hidup saya.
Buku-buku awal yang saya antara lain adalah "Riwayat Ringkas 25 Nabi dan Rasul" karya K.M. Asyiq (terbit tahun 1975), "Bromocorah" karya jurnalis kondang Mochtar Lubis (terbit tahun 1983), dan "Lembaga Hidup" karya cendekiawan Muslim Buya Prof. Dr. Hamka (terbit tahun 1962). Seperti yang Anda duga, saya memang hanya membaca karya-karya tersebut tanpa tahu makna kalimat di dalamnya karena usia saya yang masih sangat belia saat itu.
Tetapi tentu hal itu tidak menyurutkan kegemaran saya akan membaca dan menulis. Saya membaca apapun, kapanpun, dan dimanapun. Tidak peduli membaca buku, koran, majalah, iklan, poster, baliho, sampai huruf-huruf yang tercetak di kaos teman saya. Pada usia tersebut, saya juga suka menulis dan menggambar. Medianya pun beragam, di buku tulis dan buku gambar hadiah lomba 17 Agustus, di papan tulis, di kertas bekas, di koran dan majalah, di kertas undangan, bahkan saya juga menulis dan menggambar di dinding dan pintu rumah kami. Saya membaca dan menulis huruf dan angka hingga akhirnya saya dikenal sebagai anak dengan kemampuan membaca dan menulis yang sangat baik saat itu.
Melihat kegemaran anaknya membaca dan menulis tentu membuat orangtua saya bangga dan ingin mengembangkan minat anaknya. Keterbatasan ekonomi dan finansial tidak membuat orangtua saya patah semangat dalam memberikan dukungan terhadap minat anaknya. Selang beberapa tahun kemudian saat saya sedang berada di bangku sekolah dasar, Ibu saya berinisiatif untuk meminjam buku kepada salah satu yayasan sosial untuk anak-anak di lingkungan tempat tinggal kami, yaitu Panti Nugraha. Buku yang dipinjamkan secara gratis oleh Panti Nugraha sangat beragam dan sangat sesuai dengan proses tumbuh-kembang anak yang memerlukan bahan bacaan yang meningkatkan daya kreativitas dan imajinasi, serta nilai-nilai moral yang luhur.
Ibu saya meminjam beragam jenis buku anak-anak dan membawanya pulang untuk saya baca di rumah. Saya masih ingat beberapa dari buku tersebut adalah ensiklopedia kreatif mengenai bumi dan flora-fauna, ensiklopedia mengenai kehidupan dinosaurus dan manusia purba, serta dongeng-dongeng terkenal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia dan juga dari belahan dunia lainnya.
Buku-buku itu adalah salah satu titik balik saya, kecintaan pertama saya terhadap buku dan ilmu pengetahuan secara umum. Saya sangat menyukai ilustrasi yang hidup dan menarik dari ensiklopedia tersebut. Saya terpukau akan fakta-fakta tentang planet yang kita tinggali ini dan dunia flora-fauna yang telah saya ketahui bahkan sebelum anak-anak lain seusia saya. Saya terinspirasi akan keluhuran moral para penggerak cerita pada dongeng-dongeng dari negeri sendiri dan juga dari negara lain. Tidak berlebihan bahwa saya menganggap buku-buku awal tersebut yang telah membuka cakrawala dunia untuk saya, menjadi jendela tempat saya melihat hal-hal yang tidak saya ketahui sebelumnya, dan mengubah jalan hidup saya selamanya untuk terus mencintai buku dan ilmu pengetahuan sepanjang hayat.
Itulah kekuatan buku pertama bagi saya. Saya yakin Anda juga punya buku pertama yang Anda baca. Semoga Anda ingat dan dapat menarik hikmah serta berbagi pengalaman mengenai hal tersebut.. ;)
Jadi, apa buku pertama Anda?
wahh iya juga yah. saya jadi tertarik u/ mengingat buku saya yg pertama kali dibaca.. tapi, buku fav saya yg juga saya beli dg uang saya sendiri ketika SMA dulu, "Jilbab Pertamaku" karya Asma Nadia & Novel Remaja "Aisyah Putri" Asma Nadia :)
ReplyDeletekalo sekarang saya suka dgn buku2 karya Anis Matta & sedang mencoba menyukai buku Sirah Nabawiyah (heu TEBEL BANGET)
#eh maaf jdi curcol ^_^
buku pertama yang saya ingat dan doyan membacanya adalah buku komik Doraemon jilid 1 yang sekarang entah ada di mana
ReplyDelete@Nuraeni Ratnawati:
ReplyDeletewahh pasti sangat berkesan ya, apalagi kalo beli dgn uang sendiri.. :) lagi suka studi Islam ya? hehe santai, di sini mmg tempat utk berbagi sekaligus curcol.. :p
@Mawi Wijna:
ReplyDeletehehe kalo masa anak2 mmg sdh sewajarnya doyan komika. Mungkin saya yg nggak normal kali ya, buku pertama yg dikenal dan dibaca bukannya komik malah buku2 'berat' macam Lembaga Hidup dan Bromocorah.. :)
jelaslah buku pertama yang aku baca itu : DORAEMON. masih ga bisa baca, sotoy bikin cerita sendiri liat dari gambar hahahaha
ReplyDeletehuahahaa.. kalo itu brrt bukan 'membaca' tp 'interpretasi gambar' :p
ReplyDelete