Google Ghifari's Sketchbook - Learn Share Inspire
Showing posts with label Poetry. Show all posts
Showing posts with label Poetry. Show all posts

Moon Over My Obscure Little Town


    There are too many interesting, wonderful and heart-touching stories in Andrea Hirata's novel "Padang Bulan" (Moon Field) that I never get bored to read it again and again. But there is a fragment of story in this novel that could make me moved to rewrite it in this blog. It is about a wonderful poetry wrote by Andrea himself.
    One day Andrea was asked by his friend, Enong (Maryamah binti Zamzami) who has a literature homework from her English course.  Andrea agreed to help her, and then he started to tell his true feelings through words, as a representation of his heartache, his jealousy, his regret, and his fear to lose somebody that he loved.

Moon Over My Obscure Little Town

Stranger
Stranger
Someone stranger

Standing in a mirror
I can't believe what I see
How much love has been taken away from me

My heart cries out loud
Everytime I feel lonely in the crowd
Getting you out of my mind
Like separating the wind from the cloud

Afraid
Afraid

I'm so afraid
of losing someone I never have
Crazy, oh, crazy
Finding reasons for my jealousy

All I can remember
When you left me alone
Under the moon over my obscure little town
As long as I can remember
Love has turned to be as cold as December

The moon over my obscure little town
The moon over my obscure little town

Photo by: StudioUnderTheMoon 

Read more...

Wahai Kata



Betapa ingin aku menumbuhkanmu
Wahai kata..
Termangu aku, menatapi keajaiban dirimu

'Kan kupelihara engkau
dari bibit-bibit aksara 
yang kutanam di tanah jiwa

Kusirami engkau 
dengan seguci penuh selaksa ilmu
Kupupuki dengan berupa-rupa pengalaman

Hingga akhirnya kau 'kan tumbuh
Meninggi
Bercabang dan beranting sana-sini

Wahai kata..
Alangkah inginnya aku
Melihatmu menembusi benak pikir khalayak
Meluapinya dengan pijar semangat yang menyala-nyala

Betapa bahagianya diriku
Jika mendapatimu mengembuskan aura hidup
Ke dalam setiap sanubari yang mengejamu lamat-lamat

Sungguh besar dambaku
Bila engkau menjadi pohon yang meneduhi
Menaungi jiwa-jiwa yang dingin berselimut kabut

Semoga..
Semoga engkau mendengar harap sederhanaku ini
Wahai kata..

Kuningan-Pondok Labu, Juni 2013


Read more...

Sajak Stasiun Beos



Perlahan mulai menyeruak
Wajah-wajah yang tak kukenal, yang belum kukenal, yang mungkin juga pernah kukenal
Bergegas menuju petang, menggenggam semburat lembayung Matari
Menggapai-gapai langit

Terkuak wajahmu
Tersibak rambutmu
Terbersit senyummu
di antara debu dan panas yang menguar, yang mengaburkan pandangan

Akankah kuseberangi peron yang menjaraki kaki-kaki kita?
Beranikah diriku menjejaki gerbong penuh sesak itu, demi menemui bayanganku dalam iris matamu?
Dapatkah kutingkapi rel berkarat ini, demi membisikkan ke telingamu 'aku ada..'?

Stasiun tua ini yang menjadi saksi dalam bisu

Tebet - Kuningan, 23-24 Juli 2013

Read more...

Pohon Pinus



Gemerisik angin membelai lembut rambutmu
Selapis kabut menggantung, melayang-layang di atas kepalamu
Matamu menangkap kilas cahaya Matari yang menelusup, memantulkan pancaran jingganya
Sisa hujan semalam mengembun, menetes, membasahi
Membuat pelupukmu sembap, mengerjap-ngerjap basah, sendu

Masih ingatkah engkau kepada wanginya tanah basah?
Yang meruap, menyembur, memenuhi udara
Menyesakkan rongga dadamu dengan rindu tak terbendung
Engkau tak menjawab

Masih kenalkah engkau dengan hijaunya rerumputan dan padang ilalang?
Yang melindungi kaki-kakimu, menyuburkan ragamu
Sehingga kau merasa nyaman karenanya
 Engkau masih tak bersuara

Masih sadarkah engkau akan jalinan pepohonan di sekelilingmu?
Yang rindang, menaungi dirimu tanpa perlu dipinta
Melindungi tubuhmu dari limbung guruh, sengat petir, dan deru badai
Engkau masih jua tak mau berucap

Kutunggu, detik demi detik
Menit demi menit berlalu
Engkau masih juga sunyi sepi sendiri

Kupandangi dirimu lekat-lekat
Hingga akhirnya ku meragu
Dirimukah yang benar ada di balik pohon pinus itu?

Mega Kuningan, 22 Juli 2013


Read more...

Rintik...


Rintik hujan..
Merintih lemah, menghempas sepi
Tiga sisi penuh makna, sudut-sudut mengesankan
Jatuh dengan lesu, namun tegar tak terbendung

Terpaan dingin mampu menguatkannya
Kelu, tanpa ada rasa yang melarut
Namun, jiwanya adalah wadah kekuatan
Muara segala keindahan

Read more...

Setitik Pengetahuan Seribu Makna



Semesta alam t'lah bersabda
Menjadikan suatu negeri surga

Suburnya tanah
Segarnya air
Sejuknya udara
Hangatnya cahaya

Read more...

Aurora



Kilatan cahaya itu hanya terdapat di dalam memori..
Indah berkilau,..
Namun dingin membekukan

Menyeret alam pikiran ke ruang-waktu dalam dimensi yang berbeda

Namun,..
Cahaya itu jatuh bebas tak bermassa

Membentuk tirai laksana aurora...

Read more...