Google Ghifari's Sketchbook - Learn Share Inspire
Showing posts with label Note. Show all posts
Showing posts with label Note. Show all posts

Create Your Academic Plan


   Sekitar setahun yang lalu saya diminta menjadi pembicara pada sebuah acara talkshow ringan yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Departemen Kimia UI. Acara tersebut bertajuk "Tetrahedral" dan (kalau saya tidak salah) diselenggarakan dua kali dalam setahun. Saya pernah menghadiri acara ini beberapa kali selama duduk di bangku kuliah. Topik yang didiskusikan beragam dan juga pembicaranya. Tetapi yang istimewa pada saat itu adalah karena saya tidak duduk di bangku peserta, melainkan di depan sebagai pembicara. Berikut adalah slide presentasi yang saya bawakan pada waktu itu.
   Topik acara "Tetrahedral" saat itu adalah mengenai rencana akademis dan organisasi semasa perkuliahan. Topik ini memang ditujukan untuk mahasiswa tingkat awal agar dapat merencanakan kegiatan akademis sekaligus organisasi dengan baik. Bagaimanapun juga sukses dalam berencana sama dengan merencanakan kesuksesan. Sehingga merencanakan berbagai kegiatan akademis selama kuliah menjadi sangat penting untuk menggapai kesuksesan akademis. Ada beberapa kiat yang saya sampaikan pada talkshow tersebut. Berikut beberapa di antaranya.

1. Ketahui informasi akademik
   Kiat pertama ini adalah langkah yang paling krusial dalam menentukan rencana akademis selama masa perkuliahan. Dengan mengetahui kegiatan perkuliahan, mata kuliah, jadwal dan materi kuliah, serta berbagai hal lainnya yang terkait dengan dunia perkuliahan tentu membuat rencana yang dibuat dapat diimplementasikan dengan baik.

2. Ketahui minat dan prioritas
   Mengetahui minat serta prioritas kita selama duduk di bangku kuliah merupakan kiat penting selanjutnya. Dengan mengetahui minat dan prioritas, kita dapat mematangkan rencana kita dalam melakukan kegiatan yang benar-benar kita minati dan prioritaskan.

3. Tentukan waktu kelulusan
   Tidak masalah apakah kita sebagai mahasiswa ingin lulus 3,5 tahun, 4 tahun atau bahkan 6 tahun. Yang terpenting adalah pertimbangan apa yang ada di baliknya. Kegiatan apa yang akan kita lakukan selama di masa perkuliahan sebelum kelulusan. Karya dan kontribusi seperti apa yang ingin kita hasilkan. Hal itu tentu membuat waktu perkuliahan kita menjadi jauh lebih bermakna.

4. Tuliskan rencana
   Menulis rencana yang telah dibuat menjadi sarana yang baik untuk senantiasa mengingatkan diri kita agar setidaknya menjalankan aktivitas sesuai rencana, atau bahkan lebih baik. Rencana yang telah ditulis juga dapat menjadi semacam checkerboard aktivitas-aktivitas yang akan kita lakukan dan juga yang belum atau telah kita lakukan. Kiat ini adalah cara yang baik untuk memulai menjalankan aktivitas berdasarkan rencana yang telah dibuat.

Untuk lebih lengkap bagaimana membuat perencanaan akademis yang baik silakan mengunduh e-book "Create Your Academic Plan!!" yang telah saya buat. Silakan klik di sini untuk mengunduh.

Semoga bermanfaat dan menginspirasi!! :)

Untuk pertanyaan lebih lanjut seputar dunia akademis, follow @abighifari :)
Read more...

Be Yourself


Always be yourself. Never try to hide who you are.
The only shame is to have shame. Always stand up for what you believe in.
Always question what other people tell you.
Never regret the past. It's a waste of time. There's a reason for everything.
Every mistake, every moment of weakness, every terrible thing that has happened to you.
Grow from it.
The only way you can ever get the respect of others is when you show them that you respect yourself and most importantly, do your thing and never apologize for being you..

By Anonimous 

Photo by DeviantArt
Read more...

Six Thinking Hats

   "Six Thinking Hats" merupakan sebuah buku sekaligus metode yang diciptakan oleh Dr. Edward de Bono, seorang pakar psikologi dan konsultan kelahiran Malta. Sejatinya buku ini telah diterbitkan sejak tahun 1985, tetapi saya baru selesai membacanya minggu lalu. Itu pun karena dipinjamkan oleh salah seorang kolega di kantor saya. Buku ini sangat menarik karena metode yang diajarkan cukup berbeda dan merupakan hal baru bagi saya.

   Seperti namanya, "Six Thinking Hats" merupakan metode berpikir yang direpresentasikan dengan enam buah 'topi' dengan warna berbeda (putih, merah, hitam, kuning, hijau, dan biru) yang melambangkan peran masing-masing topi tersebut. Penggunaan topi dan warna tersebut tentu membuat metode ini lebih mudah untuk dipahami dan diterapkan. Keenam topi berwarna ini bukan merupakan penggolongan cara berpikir. Misalnya beberapa orang hanya berperan sebagai topi hitam, sedangkan yang lain berpikir sebagai topi merah. Meski tidak harus menguasai seluruhnya, setiap orang setidaknya harus dapat berperan dengan cukup baik untuk keenam topi tersebut.

   Metode ini bukan merupakan penggolongan manusia dari cara berpikirnya. Tetapi metode ini merupakan salah satu pendekatan kerangka organisasi berpikir untuk menghasilkan gagasan atau menciptakan solusi yang dapat diimplementasikan dengan baik. Metode ini dapat bermanfaat baik dalam diskusi organisasi maupun individual.

   Bagi sebagian besar orang, berpikir merupakan proses yang rumit dan melibatkan banyak hal untuk diolah. Hal tersebut tentu wajar mengingat kapasitas otak manusia yang luar biasa besar disertai kemampuannya dalam menyerap berbagai informasi. Banyaknya informasi yang harus diolah tentu membuat proses berpikir menjadi lebih sulit. Akan jauh lebih mudah bagi kita untuk berpikir fokus dan sistematis untuk menghasilkan kesimpulan yang lebih baik dan akurat. Metode ini dapat membantu kita untuk mencapai hal tersebut.

   Berikut adalah keenam topi berwarna tersebut yang merupakan representasi cara berpikir.

1. White Hat
Topi pertama adalah topi putih. Bayangkan kertas putih. Berisi data, fakta, dan seluruh informasi yang terkait dengan topik pemikiran atau pembicaraan. Topi putih berperan untuk memaparkan seluruh fakta yang ada yang akan berguna dalam langkah perumusan masalah dan pengambilan keputusan. Hanya fakta, tidak perlu ditambahi dengan pendapat, kritik, perasaan, gagasan atau lainnya. Putih adalah warna yang bersih, datar, tanpa tambahan apapun. Dengan kata lain, topi putih di sini berperan sebagai pembeber fakta yang independen.

2. Red Hat
Kedua adalah topi merah. Merah adalah warna yang agresif, berani, emosional. Peran topi merah dalam organisasi berpikir adalah untuk memberikan pandangan emosional. Topi merah harus berani mengemukakan perasaannya terhadap permasalahan atau fakta yang ada. Topi merah ini berguna untuk memperjelas situasi emosional yang ada. Karena sebaik apapun hasil pemikiran atau diskusi, langkah pengerjaannya tetap bergantung pada kondisi emosional para pemikirnya.

3. Black Hat
Berbicara tentang topi hitam, coba Anda bayangkan profesi-profesi yang menggunakan pakaian hitam yang khas seperti hakim, jaksa, atau wasit. Profesi-profesi tersebut memiliki peran yang hampir serupa, yaitu menemukan hal yang negatif atau kurang baik dari sesuatu. Topi hitam juga memiliki peran yang serupa. Ia dapat menjelaskan apa hal negatif yang dapat terjadi apabila suatu gagasan dijalankan serta memberikan argumentasi. Topi hitam sangat berperan dalam ketelitian dan kehati-hatian dalam mengambil tindakan berdasarkan logika atas gagasan dan fakta yang ada.

4. Yellow Hat
Selanjutnya adalah topi kuning. Bayangkan cahaya matahari yang kuning cerah dan memberikan semangat positif. Dapat dikatakan bahwa peran topi kuning merupakan kebalikan topi hitam. Topi kuning melihat peluang, kesempatan, dan berbagai hal positif lain yang dapat timbul dari implementasi suatu gagasan.

5. Green Hat
Untuk topi hijau, coba Anda bayangkan hijaunya pucuk tanaman yang baru tumbuh, rimbunnya pepohonan, dan suburnya sawah. Ide baru akan muncul, kreativitas terbentuk. Hijau memang telah sering diasosiasikan dengan kreativitas dan dalam organisasi berpikir ini, topi hijau juga berperan menimbulkan kreativitas. Peran topi hijau di sini bukanlah untuk seketika membuat seseorang menjadi lebih kreatif dalam menghasilkan ide, tetapi lebih untuk memberikan waktu yang lebih banyak bagi seseorang untuk berpikir kreatif.

6. Blue Hat
Topi yang terakhir adalah topi biru. Biru melambangkan langit, berada di atas segalanya. Topi biru mengambil peran sebagai organisator. Memikirkan keseluruhan proses kerangka berpikir. Menentukan kapan waktu yang tepat untuk menggunakan suatu topi. Memutuskan siapa yang memberikan pandangan topi merah, siapa yang topi hijau, dan seterusnya. Menuntun diskusi ke arah yang memang ingin dituju. Si topi biru harus mampu melihat diskusi atau kerangka berpikir sebagai suatu gambar besar. Biasanya yang berperan sebagai topi biru ini adalah pimpinan rapat atau diskusi.

Itulah keenam topi pada metode berpikir "Six Thinking Hats" karya Edward de Bono. Metode ini memang sangat simpel dan praktis, tetapi begitu bermanfaat dan dapat menjadi salah satu cara untuk memfokuskan pikiran kita agar dapat lebih efektif menghasilkan sebuah keputusan yang tepat.

Bagaimanapun artikel ini hanyalah pendapat saya pribadi dari apa yang bisa saya simpulkan setelah membaca buku tersebut. Apabila Anda ingin memahami lebih jauh mengenai metode berpikir tersebut Anda dapat mengunjungi laman Dr. de Bono di http://www.edwdebono.com.

Selamat mencoba!! :D

Read more...

The Rules For Being Amazing


  This is a simple writing wrote by Robin Sharma that I took from a Twitter account (actually I don't have any idea who he is yet, but I definitely have to give him credit). Even though its words and sentences are very simple and easy to understand, somehow it's just like a wonderful poem. I think (at least in my opinion) it also contains such a powerful message and great motivation for us to be an amazing person.. Well, here is his writing..

Risk more than is required. Learn more than is normal.
Be strong. Show courage.
Excel. Love. Lead.
Speak your truth. Live your values.
Laugh. Cry. Innovate. Simplify.
Adore mastery. Release mediocrity.
Aim for genius. Stay humble.
Be kinder than expected. Deliver more than is needed.
Exude passion. Shatter your limits.Trascend your fears.
Inspire others by your bigness.
Dream big but start small.
Act now.
Don't stop.
Change the world.

Amazing, isn't it?
And then the question is.. Are you ready to do all of those? :)

Read more...

Inspirasi dari Dua Penulis Muda

Travel in Love karya Diego Christian
   Saya tidak tahu apa yang membuat saya tertarik untuk membuat suatu karya sastra. Saya memang penggila baca, penggemar buku, sejak balita hingga usia kepala dua saat ini. Belum pernah sebelumnya terbersit di dalam pikiran untuk membukukan tulisan-tulisan saya, yang saya ragukan dapat membuat pembaca tertarik untuk membacanya. Mungkin pemikiran tersebut datang dari dua orang mahasiswa luar biasa ini, Diego Christian Immanuel dan Azhar Nurun Ala. 

   Mereka adalah dua penulis muda berbakat. Yang pertama adalah penulis novel remaja yang telah menerbitkan dua novel yang diterbitkan oleh penerbit mayor yang berbeda dan keduanya meraih penghargaan bergengsi. Novel-novelnya mendapat beragam pujian positif baik dari sesama penulis, maupun pembaca. Yang kedua bisa saya sebut seorang penyair, atau pujangga. Karya prosa bebas, cerpen dan puisi di blog pribadinya dikagumi dan menginspirasi banyak anak muda di seluruh Indonesia. Hingga akhirnya ia menerbitkan tulisan-tulisannya tersebut ke dalam sebuah antologi yang diterbitkan secara self publishing yang responnya sangat hangat. Bayangkan betapa inspiratifnya kedua penulis muda ini!! 

Ja(t)uh karya Azhar Nurun 'Ala
   Keduanya adalah mahasiswa Universitas Indonesia, sama dengan saya (tapi saat ini saya lebih tepat disebut alumni karena sudah lulus sih. Hehe..). Merekapun juga berasal dari angkatan yang sama dengan saya, angkatan 2009, sehingga otomatis kami mengalami masa-masa orientasi universitas yang sama, mengalami saat-saat dimana organisasi kampus dipimpin oleh orang yang sama, dan mengalami beragam peristiwa yang mungkin serupa di kampus. Yahh, meskipun saya baru mengenal mereka beberapa hari belakangan ini. Bacaan mereka pun serupa dengan saya. Keduanya juga menggemari Dewi Lestari dan Paulo Coelho, saya pun begitu. Tidak, saya bukan berusaha untuk menyamakan diri dengan mereka semua. Saya sama sekali berbeda, belum layak disandingkan dengan kehebatan mereka. Mereka adalah pionir, inovator, dan inspirator terutama di bidang tulis menulis. Sementara saya hanyalah pengagum, pengikut, salah satu pembaca yang ikut terinspirasi akan karya-karya hebat mereka. Saya pun tak dapat memungkiri bahwa merekalah yang memercikkan semangat dan menginspirasi saya untuk menerbitkan tulisan-tulisan saya. 

   Seperti orang kebanyakan, saya pun merasa semangat di awal, beragam ide seakan mengalir tanpa henti. Saya pun dengan semangat menuliskan beragam gagasan saya, di buku catatan, di laptop, bahkan di notes BlackBerry. Tetapi ketika saya telah memasuki fasa ‘eksekusi’ beragam negativisme mulai menyerang saya. Mungkin yang saya tidak sadari adalah bahwa saya telah menempatkan ekspektasi yang tinggi terhadap karya saya kelak. Saya berharap karya yang akan saya buat nanti akan diterima secara luas dan baik oleh semua kalangan, seperti halnya dua orang penulis muda yang saya sebutkan di atas. Sehingga terbit keraguan dan pesimisme dalam benak saya bahwa tidak mungkin bagi saya menelurkan karya sehebat mereka. 

   Mungkin juga ekpektasi itu yang membuat saya tidak nyaman dalam mengeksekusi gagasan-gagasan menulis saya. Saya merasa melambat, tidak berhasrat penuh dalam menulis, hingga bahkan mandek karena merasa tidak jujur terhadap apa yang saya coba tuliskan. Saya pun akhirnya merasa tidak nyaman dan merasa ada sesuatu yang salah. Saya merasa kosong, hampa. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk break sejenak dan memikirkan ulang apa yang kira-kira menjadi kesalahan saya dalam memulai semua ini. Ya, saya belakangan menyadari kesalahan saya memang dimulai sejak permulaan. 

   Saya juga membaca ulang beberapa buku favorit saya, terutama karya-karya Dewi Lestari dan Andrea Hirata. Saat membaca novel ‘Perahu Kertas’, saya disadari oleh salah satu penggalan cerita pada novel tersebut. Yaitu saat Keenan memberitahu Kugy bahwa cerpennya yang dimuat di majalah sama sekali tidak mencerminkan dirinya sesungguhnya yang berbeda saat ia menulis dongeng. Bahwa dalam cerpen tersebut, Kugy seperti merangkai kata-kata agar disukai pembaca, bukan berlari bebas seperti dalam dongengnya. Penggalan kisah ini kembali menyadarkan saya akan kejujuran dalam bercerita yang mungkin membuat saya merasa stuck karena hanya mendahulukan rangkaian kata, bukan kejujuran berkisah. 

   Ternyata masih belum selesai. Saya pun kemudian menyadari bahwa salah satu kesalahan saya dalam memulai ini adalah berekspektasi terlalu tinggi sehingga merasa khawatir akan kegagalan. Entah bagaimana muncul perasaan itu. Tetapi yang jelas saya bukanlah orang yang selalu terhindar dari kegagalan. Bahkan sebenarnya saya sudah terlalu sering gagal, jatuh berkali-kali di perasaan kecewa yang serupa dalam mendapatkan apa yang saya inginkan dan cita-citakan, terutama dalam berbagai kompetisi. Tetapi kegagalan-kegagalan itulah yang membuat saya memahami, mengerti, dan menghargai rasanya berada di puncak, ketika saya akhirnya bisa menjadi pemenang. Saya pun sadar saya tidak perlu lagi takut gagal. Saya hanya perlu memelihara perasaan itu pada seluruh proses kreatif saya. 

   Pemikiran-pemikiran itu yang akhirnya menyadarkan saya bahwa saya telah salah dalam memulai. Semoga setelah ini saya kembali menemukan diri saya, berkarya dengan penuh kejujuran terhadap apa yang memang ingin saya sampaikan kepada dunia, sehingga karya yang saya hasilkan akan mengalir apa adanya. Mohon doanya.. :)

Read more...

Apa Buku Pertama Anda?


Tiba-tiba saja saya terlintas pertanyaan tersebut di benak saya. Buku apa yang pertama kali saya baca? Sejauh ini saya telah membaca ratusan buku dari beragam genre dan banyak di antaranya telah menjadi koleksi pribadi saya di kamar. Mulai dari novel, roman, kumpulan cerpen dan prosa, puisi, kamus, buku-buku ilmiah mengenai kimia, fisika, matematika, biologi, studi Islam, hingga psikologi dan manajemen tersebar di rak buku saya. Cukup banyaknya buku yang telah saya koleksi saat ini menjadikan saya mengingat-ingat, buku apa yang sebenarnya pertama kali saya baca.

Ingatan saya pun kembali ke 16 tahun yang lalu saat saya masih berumur sekitar 5 tahun, ketika saya pertama kali mengenal aksara yang kemudian mengenalkan saya kepada dunia. Di usia tersebut saya sudah dapat membaca. Ya, mungkin termasuk cepat untuk anak dengan usia tersebut sudah mampu mengenal huruf dan angka. Pengetahuan saya tentang huruf dan angka tidak saya dapat dari sekolah atau taman kanak-kanak (saya tidak pernah mengenyam jenjang TK), melainkan dari almarhum Ayah saya. Beliaulah guru membaca pertama saya, yang membeli poster ilustratif berisi huruf dan angka, menuliskannya di papan hitam yang beliau beli dengan kapur tulis, mengajari saya mengeja serta melafalkannya untuk pertama kali, dan kata pertama yang saya tulis dan lafalkan dengan sempurna adalah "ABI", nama depan saya yang dalam bahasa Arab juga berarti "Ayah".

Ayah saya gemar membaca, meski beliau tidak pernah mengenyam pendidikan tinggi. Koleksinya saat itu lebih banyak mengenai studi agama Islam yang masih saya simpan di rak buku saya hingga saat ini. Samar-samar saya mengingat beberapa koleksi buku Ayah saya yang menjadi buku pertama yang saya baca dalam hidup saya. 

Buku-buku awal yang saya antara lain adalah "Riwayat Ringkas 25 Nabi dan Rasul" karya K.M. Asyiq (terbit tahun 1975), "Bromocorah" karya jurnalis kondang Mochtar Lubis (terbit tahun 1983), dan "Lembaga Hidup" karya cendekiawan Muslim Buya Prof. Dr. Hamka (terbit tahun 1962). Seperti yang Anda duga, saya memang hanya membaca karya-karya tersebut tanpa tahu makna kalimat di dalamnya karena usia saya yang masih sangat belia saat itu. 

Tetapi tentu hal itu tidak menyurutkan kegemaran saya akan membaca dan menulis. Saya membaca apapun, kapanpun, dan dimanapun. Tidak peduli membaca buku, koran, majalah, iklan, poster, baliho, sampai huruf-huruf yang tercetak di kaos teman saya. Pada usia tersebut, saya juga suka menulis dan menggambar. Medianya pun beragam, di buku tulis dan buku gambar hadiah lomba 17 Agustus, di papan tulis, di kertas bekas, di koran dan majalah, di kertas undangan, bahkan saya juga menulis dan menggambar di dinding dan pintu rumah kami. Saya membaca dan menulis huruf dan angka hingga akhirnya saya dikenal sebagai anak dengan kemampuan membaca dan menulis yang sangat baik saat itu. 

Melihat kegemaran anaknya membaca dan menulis tentu membuat orangtua saya bangga dan ingin mengembangkan minat anaknya. Keterbatasan ekonomi dan finansial tidak membuat orangtua saya patah semangat dalam memberikan dukungan terhadap minat anaknya. Selang beberapa tahun kemudian saat saya sedang berada di bangku sekolah dasar, Ibu saya berinisiatif untuk meminjam buku kepada salah satu yayasan sosial untuk anak-anak di lingkungan tempat tinggal kami, yaitu Panti Nugraha. Buku yang dipinjamkan secara gratis oleh Panti Nugraha sangat beragam dan sangat sesuai dengan proses tumbuh-kembang anak yang memerlukan bahan bacaan yang meningkatkan daya kreativitas dan imajinasi, serta nilai-nilai moral yang luhur.

Ibu saya meminjam beragam jenis buku anak-anak dan membawanya pulang untuk saya baca di rumah. Saya masih ingat beberapa dari buku tersebut adalah ensiklopedia kreatif mengenai bumi dan flora-fauna, ensiklopedia mengenai kehidupan dinosaurus dan manusia purba, serta dongeng-dongeng terkenal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia dan juga dari belahan dunia lainnya.

Buku-buku itu adalah salah satu titik balik saya, kecintaan pertama saya terhadap buku dan ilmu pengetahuan secara umum. Saya sangat menyukai ilustrasi yang hidup dan menarik dari ensiklopedia tersebut. Saya terpukau akan fakta-fakta tentang planet yang kita tinggali ini dan dunia flora-fauna yang telah saya ketahui bahkan sebelum anak-anak lain seusia saya. Saya terinspirasi akan keluhuran moral para penggerak cerita pada dongeng-dongeng dari negeri sendiri dan juga dari negara lain. Tidak berlebihan bahwa saya menganggap buku-buku awal tersebut yang telah membuka cakrawala dunia untuk saya, menjadi jendela tempat saya melihat hal-hal yang tidak saya ketahui sebelumnya, dan mengubah jalan hidup saya selamanya untuk terus mencintai buku dan ilmu pengetahuan sepanjang hayat.

Itulah kekuatan buku pertama bagi saya. Saya yakin Anda juga punya buku pertama yang Anda baca. Semoga Anda ingat dan dapat menarik hikmah serta berbagi pengalaman mengenai hal tersebut.. ;) 

Jadi, apa buku pertama Anda?


Read more...

Mizan: Membentang Risalah Cinta Semesta Lewat Pengalaman Membaca


"Kemampuan membaca itu sebuah rahmat, kegemaran membaca itu sebuah kebahagiaan." 
- Goenawan Mohammad -

      Membaca selalu menarik untuk saya. Membaca bagi saya adalah wahana untuk menajamkan imajinasi, mendatangkan kreativitas serta inovasi, memperoleh inspirasi, menimbulkan asa, serta untuk mengetahui apa yang terjadi di masa lalu dan masa kini serta melihat masa depan. Membaca juga menjadi semacam liburan bagi pikiran saya terhadap rutinitas dunia luar, menenggelamkan diri di dalam bacaan menjadi semacam nutrisi bagi jiwa saya dan menawarkan berbagai perjalanan dan petualangan yang luar biasa di alam pikiran sekompleks konstelasi galaksi.

      Pengalaman paling berharga dan berkesan terhadap buku-buku bacaan bagi saya adalah pengalaman membaca itu sendiri. Kata-kata yang dirangkai menjadi suatu kalimat, beragam kalimat menjadi satu paragraf, serta berbagai paragraf yang dirangkai menjadi suatu bagian buku yang berkesinambungan selalu menarik dan membuai saya untuk ikut berimajinasi dan tenggelam dalam peristiwa di dalamnya. Menurut saya, buku-buku yang dapat membuat saya mengalami hal seperti itulah yang layak mendapatkan apresiasi tinggi, setidaknya dari diri saya pribadi. Karena bagi saya, menjadi penulis bukanlah hal yang mudah apalagi penulis yang dapat membuat pembacanya menyelami isi cerita, ikut merasakan emosi dan perasaan yang terkandung pada setiap kata-katanya, serta turut berdecak kagum atas pencapaian sang tokoh penggerak cerita. Untuk itulah bagi saya membaca tidak hanya menjadi hiburan semata, tetapi juga menawarkan pengalaman baru yang unik dan menarik.

      Saya mungkin termasuk orang yang beruntung karena pada masa-masa awal kegemaran saya membaca, saya telah menjumpai beragam buku-buku berkualitas yang mampu membuat saya mengalami perasaan dan pengalaman membaca seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya. Salah satu buku tersebut adalah Ayat-Ayat Semesta karangan Agus Purwanto, D.Sc yang merupakan terbitan dari penerbit ternama Mizan. Saya membeli buku tersebut di salah satu toko buku ternama bersama ayah saya (yang kini telah meninggal dunia, sehingga momen membeli buku bersama itu menjadi sangat melekat di ingatan saya). Buku tersebut saya beli pada saat saya masih duduk di bangku kelas 2 SMA (sekarang saya telah lulus kuliah) pada tanggal 19 Juni 2008, yang berarti sekitar 5 tahun lalu, tentu jauh lebih muda dibanding umur Mizan yang tahun ini telah menginjak usia 30 tahun. Saya memiliki kebiasaan untuk selalu menamai buku saya dan mencantumkan tempat serta tanggal pembelian agar saya dapat mengingat momen-momen pada saat membeli buku atau momen terkait lainnya.

      Ketertarikan saya terhadap sains dan studi Islam membuat saya sangat berminat pada buku terbitan Mizan ini ketika melihat ulasan di sampul belakangnya. Saya pun tak ambil pikir panjang dan langsung membelinya karena saya menganggap buku ini menyediakan dua hal yang menjadi minat besar saya sekaligus dalam satu buku, yaitu sains dan studi Islam. Ketika telah sampai di rumah, menyampulnya, serta memberi nama dan tanggal beli tak pelak saya langsung membaca lembar demi lembar buku tersebut dan saya sama sekali tidak merasa dirugikan. Bahkan sebaliknya, saya sangat beruntung menemukan dan membeli buku ini. Keterkaitan erat antara wahyu ilahiah yang tertuang dalam ayat-ayat Al-Qur'an dengan fakta-fakta dunia sains modern benar-benar dikuak secara mendalam dan mendetil oleh pengarang yang juga merupakan doktor fisika nuklir dan partikel teoritis lulusan Jepang yang memang sangat mumpuni di bidangnya dan juga memiliki sisi religius yang kuat. Buku ini pun semakin menyadarkan saya akan kebenaran salah satu ayat Qur'an yang menyatakan bahwa segala fenomena yang ada di alam ini merupakan tanda bagi orang-orang yang beriman dan berfikir. Tak diragukan lagi bahwa buku ini sangat menginspirasi serta membuka mata, pikiran, dan hati saya bahwa segala fenomena alam yang kita alami saat ini merupakan tanda-tanda kebesaran-Nya. Buku ini juga bisa menjadi bukti bahwa ilmu dapat kita peroleh dari manapun, tak terkecuali dari alam sekitar kita. Ilmu-ilmu yang dapat kita peroleh tersebut seperti layaknya risalah cinta semesta yang diberikan Tuhan kepada kita. Risalah cinta semesta itu pula yang menjadi tema ulang tahun Mizan yang ke 30 tahun pada tahun 2013 ini.

       Pengalaman saya membaca buku-buku berkualitas dari Mizan tidak berhenti sampai di situ, bahkan terus berlanjut karena Mizan konsisten untuk terus menerbitkan buku-buku berkualitas yang menginspirasi dan bahkan mungkin mengubah kehidupan pembacanya ke arah yang lebih baik. Pada pertengahan tahun 2009 saya membaca buku Laskar Pelangi yang direkomendasikan oleh sepupu saya. Buku ini merupakan terbitan Bentang Pustaka yang juga merupakan salah satu anggota grup Penerbit Mizan. Saya baca halaman demi halaman hingga akhir buku dalam waktu hanya beberapa jam. Saya berdecak kagum, emosi saya turut ikut dan larut ke dalam berbagai peristiwa nyata yang dideskripsikan dengan sangat apik dan memukau oleh Andrea Hirata. Potret pendidikan, sosial-budaya-agama, dan persahabatan dari anak-anak Melayu pedalaman di pulau Belitong ini sangat inspiratif, sarat motivasi, serta memancing imajinasi setiap pembaca untuk ikut terjun ke dalam berbagai peristiwa dan konflik di dalamnya. Saya tak ragu lagi bahwa saya telah jatuh cinta pada buku ini. Terlalu banyak kata-kata yang tidak dapat saya ungkapkan untuk menggambarkan keindahan buku ini.

        Kejutan yang tak kalah menarik bagi saya adalah ketika mengetahui bahwa ternyata Laskar Pelangi merupakan suatu tetralogi. Ketiga buku lainnya selain Laskar Pelangi sebagai buku pembuka yang berhasil menarik jutaan orang di Indonesia dan dunia untuk membacanya adalah Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov: Mimpi-Mimpi Lintang. Keempatnya telah saya koleksi dan masing-masing memberikan pengalaman tersendiri baik dari segi cerita maupun sisi emosional. Mungkin akan menghabiskan artikel tersendiri untuk membahas seluruh pengalaman membaca buku-buku tersebut, tetapi secara umum tetralogi ini sangat inspiratif, memotivasi, menimbulkan rasa haru-biru sekaligus dapat membuat pembacanya tertawa lepas, dan tentu mengandung beragam nilai positif tentang persahabatan yang indah, meraih impian dan cita-cita, serta pantang menyerah dalam kondisi terburuk sekalipun. Tetralogi Laskar Pelangi membuat saya mencintai karya-karya Andrea Hirata dan membuat saya mengoleksi karya lainnya yang tak kalah hebat seperti dwilogi Padang Bulan-Cinta di dalam Gelas dan Ayah. Sekali lagi, Mizan dan Bentang Pustaka telah membuat saya menjadi pribadi yang lebih baik dan tetap termotivasi lewat buku-buku inspiratif yang mereka terbitkan.

        Buku-buku terbitan Mizan dan Bentang Pustaka lainnya yang juga memberikan pengalaman membaca yang luar biasa adalah karya-karya Dewi 'Dee' Lestari. Seri Supernova (Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh; Akar; Petir; dan Partikel), kumpulan prosa dan cerita pendek Filosofi Kopi, Rectoverso, dan Madre, serta novel Perahu Kertas (seluruhnya terbitan Bentang Pustaka) merupakan karya-karya Dee yang menjadi koleksi favorit saya. Karya yang se-genre dengan buku Ayat-Ayat Semesta yaitu Miracle of the Quran karya Caner Taslaman (terbitan Mizan) dan juga biografi Einstein: Kehidupan dan Pengaruhnya bagi Dunia karya Walter Isaacson (terbitan Bentang Pustaka) juga semakin mewarnai hari-hari saya dengan pengetahuan baru dan inspirasi yang membuat saya bersemangat. Tidak hanya itu, beberapa buku terbitan Mizan dan Bentang Pustaka juga semakin menginspirasi masyarakat Indonesia dan dunia ketika diangkat di layar lebar. Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Perahu Kertas, dan Madre merupakan film yang diadaptasi dari karya sastra terkait yang juga telah menuai sukses besar di dunia perfilman Indonesia dan dunia. Mizan pun ikut andil langsung untuk mendukung proses produksi film tersebut dengan menjadi produser lewat Mizan Production.

Koleksi buku-buku terbitan Mizan dan Bentang Pustaka di rak buku saya
        Pengalaman membaca setiap orang tentu berbeda-beda yang kemudian dapat menentukan pribadi seseorang dan langkahnya dalam menjalani kehidupan. Mungkin pepatah "you are what you read" atau "Anda adalah apa yang Anda baca" ada benarnya. Berbagai nilai positif, serta inspirasi dan motivasi yang dapat kita peroleh melalui kalimat-kalimat yang ditulis dengan indah dan apik oleh sang penulis ternyata mampu membuat kita sebagai pembaca memetik nilai-nilai dan hikmah yang tersembunyi di dalamnya, serta mengarahkan kita menjadi pribadi yang lebih positif. Tentu penulis dan pengarang memiliki pengaruh yang besar dalam menanamkan nilai positif kepada pembacanya, tetapi tanpa adanya penerbit yang berkomitmen untuk mempublikasikan karya-karya berkualitas, hal itu juga menjadi mustahil.

        Saya sangat mengapresiasi grup penerbit Mizan yang menurut saya telah menjadi penerbit yang memenuhi kriteria tersebut di atas. Mizan yang telah berpengalaman selama 30 tahun (1983-2013) telah menjembatani karya-karya berkualitas dan inspiratif dari beragam penulis berbakat dengan kebutuhan pembaca akan bahan bacaan yang berbobot, memotivasi, sarat makna dan nilai-nilai, serta memanjakan imajinasi. Bagi saya, Mizan telah berhasil membentangkan risalah cinta semesta dengan membagi pengalaman membaca yang sangat mengesankan dan menginspirasi bagi setiap pembacanya, sesuai dengan tema ulang tahun Mizan yang ke 30 tahun pada tahun ini. Selamat ulang tahun Mizan, terima kasih telah memberikan pengalaman membaca yang berharga dan berkesan bagi kehidupan saya. Semoga Mizan dapat terus berinovasi, menginspirasi dan memotivasi lebih banyak pembaca dengan menerbitkan karya-karya terbaik.. :)

       
Read more...

Ketenangan Menghadap Allah SWT

Sudah lama sekali rasanya tidak menulis di blog ini.. Dan setelah sekian lama tidak menulis sangat banyak hal terjadi dalam hidup saya yang rasanya akan mengubah seluruh kehidupan saya di masa mendatang. Lima hari yang lalu, tepatnya pada hari Sabtu tanggal 13 Oktober 2012, ayah tercinta saya meninggal dunia untuk menghadap Sang Ilahi. Setelah lebih dari setahun menderita berbagai penyakit yang diakibatkan oleh komplikasi diabetes, bapak menghembuskan nafas terakhirnya di kediaman kami di daerah Pondok Labu, Jakarta Selatan.

Bapak divonis menderita multiple organ dysfunctions atau sering dikenal juga sebagai multiple organ failure (gagal organ). Pada awalnya organ jantung yang terlebih dahulu diserang, sehingga Bapak harus dibawa ke RSUP Fatmawati, Pondok Labu. Setelah sedikit membaik, giliran organ paru-paru yang terserang pneumonia yang juga mengharuskan bapak untuk dirawat. Kemudian menyusul organ-organ lain yang terserang seperti prostat, hati, lambung, hingga yang terakhir ginjal. Gagal ginjal mengharuskan bapak untuk menjalani cuci darah/hemodialisa karena racun-racun yang tidak dapat disaring oleh ginjal yang sudah rusak tetap harus dikeluarkan dari tubuh agar metabolisme tetap berjalan dengan baik. Meskipun pada awalnya bapak menolak, akhirnya berkat keinginan beliau untuk hidup lebih lama lagi setidaknya hingga anak tertuanya (yaitu saya sendiri) diwisuda, beliau mau untuk dioperasi pemasangan alat permanen untuk hemodialisa. Namun tak lama setelah menjalani operasi dan cuci darah, kondisi tubuh bapak justru menurun. Gagal nafas, serangan jantung, dan kadar ureum-kreatinin yang tinggi membuat bapak harus kembali terbaring di bangsal rumah sakit. Hingga pada akhirnya hari Kamis, 11 Oktober 2012 bapak tidak sadarkan diri dan dinyatakan koma. Beliau pun harus dipasangkan ventilator untuk membantu pernafasannya dan dipompa manual karena denyut jantungnya melemah. Kondisi itu tentu sangat mengkhawatirkan bagi keluarga kami. Saya yang melihatnya hanya bisa pasrah oleh tindakan medis yang dilakukan oleh dokter dan perawat. Terbersit rasa tidak tega di pikiran saya melihat ayah yang saya cintai dan sayangi terlihat begitu tidak berdaya. Saya juga sempat menyesal tidak menemuinya untuk yang terakhir kalinya saat ia sadar. Padahal ia selalu mencari-cari saya untuk sekedar berbicara mengenai penyakit yang dideritanya. Namun apa daya, iniliah takdir Tuhan.

Saya sangat sedih melihat kondisi bapak yang tidak sadarkan diri. Tidak pernah saya tidak menangis apabila melihatnya kesakitan seperti itu. Karena bapak dinyatakan sulit untuk sadarkan diri dengan kondisi organ yang hampir seluruhnya malfungsi, kami sekeluarga akhirnya sepakat untuk membawa pulang bapak seperti keinginannya saat masih sadar. Kami juga tidak tega melihat bapak terus kesakitan seperti itu dan hidup hanyaz karena dibantu oleh alat.

Kemudian Sabtu 13 Oktober 2012 pukul 15.30 WIB, bapak akhirnya kami bawa pulang menggunakan ambulans gawat darurat. Setelah sampai rumah, bapak kami baringkan di kasur, sementara seluruh kerabat telah hadir dan siap untuk segala kemungkinan. Setelah semua alat dilepas, termasuk alat bantu nafas, keluarga mulai mendoakan bapak. Nenek saya membacakan surat Yaasiin, ibu saya menuntun bapak membacakan dua kalimat syahadat, sementara kami anak-anaknya tak henti-hentinya berdoa demi keselamatan bapak. Akhirnya, setelah ibu saya selesai menuntun bapak membacakan dua kalimat syahadat sebanyak tiga kali, bapak menghembuskan nafas terakhirnya dan dijemput malaikat Izrail untuk menghadap Allah Azza Wajala. Innalillaahi wainna ilaihi raajiuun.

Tangis histeris kemudian memenuhi rumah duka. Semua yang hadir merasakan kehilangan dan kesedihan yang amat sangat, termasuk saya. Namun saya sadar bahwa yang dibutuhkan bapak saat ini hanyalah doa. Sementara kesedihan masih belum surut, para pelayat pentakziah datang berbondong-bondong menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya dan turut mendoakan almarhum. Rombongan pentakziah terus menerus datang hingga jenazah selesai dimandikan dan dikafani untuk dikebumikan keesokan harinya.

Sekitar pukul 09.00 WIB jenazah diusung ke masjid untuk disholatkan. Kemudian setelah disholatkan, jenazah dibawa menuju tempat pemakaman umum Kampung Pulo dimana buyut saya juga dimakamkan. Setelah sampai, pemakaman jenazah langsung disiapkan. Saya terus mengusung keranda jenazah bapak. Ternyata liang kubur bapak tepat di sebelah buyut saya meskipun kami semua tidak pernah merencanakan, mungkin Allah yang memang berencana untuk hal itu. Saya turut memasuki liang lahat, menempatkan jenazah bapak di tempat peristirahatan terakhirnya di dunia ini. Kemudian saya azan dan iqomat tepat di atas kepala bapak. Sungguh suatu hal yang menggiriskan bahwa azan pertama saya dilakukan di liang kubur bapak. Keluarga pun berusaha untuk saling menguatkan, mengetahui bapak telah tiada dan dikebumikan tepat di depan mata. Setelah selesai, tak kuasa saya menahan tangis. Teman-teman yang hadir berusaha menguatkan. Dan akhirnya doa kami mengiringi arwah bapak agar mampu menjawab pertanyaan para malaikat kubur dan diterima di tempat terindah di sisi-Nya. Aamiin.

Meskipun kesedihan masih menyelimuti kami sekeluarga, kami harus merelakan dan mengikhlaskan kepergian bapak untuk menghadap Allah SWT. Kami harus kuat, harus tetap melanjutkan hidup. Bapak meninggalkan tanggung jawab yang besar bagi saya selaku kepala keluarga untuk dapat menjaga ibu, adik-adik, serta keutuhan dan kehormatan keluarga.

Bapak, Abi sayang sama Bapak. Maafkan Abi untuk semua kesalahan Abi ya Pak. Abi, Mama, Ibnul, Fadel, keluarga dan teman-teman akan selalu mendoakan yang terbaik bagi bapak di kehidupan nanti. Bapak gak perlu khawatir. Bapak pasti sudah tenang di sana ya Pak. Cepat atau lambat kami semua pasti akan menyusul bapak dipanggil menghadap Ilahi.

"Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya lah kamu dikembalikan."
Q.S. Yaasiin: 83
Read more...

Renungan Hujan

Hidup ini selalu berkaitan antara satu hal dengan hal lainnya. Contoh mudah yang baru saja saya alami adalah hujan hari ini. Apabila hari ini tidak hujan, saya yang sedang berada di luar rumah tentu tidak akan kehujanan dan kebasahan. Tidak kehujanan berarti tidak sakit. Tidak sakit mungkin akan membuat saya tidak bersyukur bahwa hari ini masih diberi kesehatan..

Namun kenyataannya, di luar hujan. Hujan membasahi sebagian tubuh saya hingga akhirnya mengalami flu. Hal itu menyadarkan saya bahwa sehat adalah salah satu anugerah Tuhan yang paling indah, selain kehidupan. Untuk itulah Tuhan menurunkan hujan, membuat saya kehujanan dan sakit, hingga akhirnya menyadarkan saya bahwa kehidupan dan kesehatan merupakan dua anugerah Tuhan yang paling patut disyukuri oleh umat-Nya.

Tuhan memang dapat menyadarkan kita lewat berbagai macam hal yang terkadang tidak dapat kita duga dan kita sadari. Rencana Tuhan tak pernah dapat ditebak. Saya berani bertaruh apabila seluruh umat manusia dikumpulkan dan bekerja sama untuk memprediksi rencana Tuhan dan cara Tuhan bertindak, niscaya mereka takkan pernah sanggup. Cukuplah bagi kita sebagai makhluk-Nya menerima rencana Tuhan yang penuh misteri dengan lapang dada dan penuh keikhlasan. Kita hanya perlu mempercayai-Nya... :)



Jakarta, 4 Februari 2012
22.10 WIB
pada suatu malam yang dingin, di tengah pilek yang mendera
Read more...

Catatan Semester Lima



Sungguh banyak hal yang telah terjadi sepanjang semester lima dalam perkuliahan yang saya jalani. Berbagai peristiwa, manis dan pahit, datang silih berganti. Permasalahan keluarga, persahabatan, dan cinta, hingga masalah akademis, organisasi, prestasi, dan kepercayaan diri terjadi dalam waktu yang cukup singkat. Mungkin hal-hal seperti ini tidaklah istimewa bagi Anda, terlebih bagi yang telah mengalami hal yang serupa. Namun bagi saya tetap saja hal ini adalah peristiwa-peristiwa yang penting dalam hidup saya yang mungkin akan menentukan siapa diri saya kelak dan apa yang dapat saya capai kemudian. Di penghujung semester lima ini saya genap berusia kepala dua, suatu usia yag dapat dipandang sebagai batas kedewasaan seseorang. Dan itu tidaklah keliru, setidaknya menurut saya. Demi mengamini pernyataan tersebut, berbagai peristiwa yang telah datang memang –mau tidak mau– membuat saya melangkah ke arah kedewasaan dalam berpikir dan bertindak.

Perjalanan akademis di semester ini mungkin merupakan salah satu hal yang paling saya syukuri (meski memang segala peristiwa yang terjadi dalam hidup ini patut kita syukuri). Dengan usaha yang masih di bawah rata-rata, nilai saya cukup memuaskan. Namun hal ini tidak boleh terulang. Saya harus bisa berusaha lebih keras lagi. Going the extra miles dan berusaha di atas rata-rata yang dilakukan orang lain. Telah banyak target dan tenggat waktu saya buat di masa mendatang. Semoga terlaksana dengan baik.

Read more...