Sungguh banyak hal yang telah terjadi sepanjang semester lima dalam perkuliahan yang saya jalani. Berbagai peristiwa, manis dan pahit, datang silih berganti. Permasalahan keluarga, persahabatan, dan cinta, hingga masalah akademis, organisasi, prestasi, dan kepercayaan diri terjadi dalam waktu yang cukup singkat. Mungkin hal-hal seperti ini tidaklah istimewa bagi Anda, terlebih bagi yang telah mengalami hal yang serupa. Namun bagi saya tetap saja hal ini adalah peristiwa-peristiwa yang penting dalam hidup saya yang mungkin akan menentukan siapa diri saya kelak dan apa yang dapat saya capai kemudian. Di penghujung semester lima ini saya genap berusia kepala dua, suatu usia yag dapat dipandang sebagai batas kedewasaan seseorang. Dan itu tidaklah keliru, setidaknya menurut saya. Demi mengamini pernyataan tersebut, berbagai peristiwa yang telah datang memang –mau tidak mau– membuat saya melangkah ke arah kedewasaan dalam berpikir dan bertindak.
Perjalanan akademis di semester ini mungkin merupakan salah satu hal yang paling saya syukuri (meski memang segala peristiwa yang terjadi dalam hidup ini patut kita syukuri). Dengan usaha yang masih di bawah rata-rata, nilai saya cukup memuaskan. Namun hal ini tidak boleh terulang. Saya harus bisa berusaha lebih keras lagi. Going the extra miles dan berusaha di atas rata-rata yang dilakukan orang lain. Telah banyak target dan tenggat waktu saya buat di masa mendatang. Semoga terlaksana dengan baik.
Blessing in disguise, mungkin idiom itu kadangkala benar adanya. Mungkin saya baru mengerti sepenuhnya bahwa cinta Tuhan, cinta keluarga, dan cinta yang berasal dari persahabatan yang tulus jauh lebih penting dan bermakna dibanding cinta semu, meski sangat menyenangkan. Sungguh banyak hal yang lebih patut saya syukuri dibanding saya keluhkan. Lagi-lagi ini merupakan fitrah manusia yang cenderung iri terhadap apa yang tidak dimilikinya namun tidak bersyukur terhadap apa yang telah dimilikinya. Kenyataan sederhana ini membuat saya cukup menyesal karena lebih banyak mengeluh dan mempertanyakan-Nya. Padahal nikmat-Nya sungguh melimpah dan tak terhitung, dan bahkan cobaan-cobaan tersebut termasuk ke dalam nikmat-Nya. Sesungguhnya memang sangat tak pantas bagi manusia untuk mengeluh, namun memang ini adalah salah satu sifat yang diturunkan Allah kepada umat manusia. Nikmat Tuhan mana lagi yang aku dustakan?
Sekarang saya amat bersyukur akan apa yang telah saya alami dan keadaan saya saat ini. Terinspirasi dari novel “Negeri 5 Menara” dan “Ranah 3 Warna” karya Ahmad Fuadi yang memuat “mantra” sederhana nan kuat man jadda wajada, man shabara zhafira siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil, siapa yang bersabar pasti akan beruntung, sangat ingin saya menjadi orang yang berhasil dan beruntung dengan bersungguh-sungguh dan bersabar. Kalau saja saya tidak mengalami hal seperti ini dalam salah satu fase hidup saya, mungkin tidak akan pernah ada kesadaran yang terbangun akan hal-hal sederhana namun memang benar adanya tersebut. Terima kasih Tuhan telah menyadarkanku di usia dewasa ini. Segala puji bagiMu ya Allah, Tuhan semesta alam.
Perjalanan cinta yang sangat menyentuh karena baru-baru ini saya mengalami. memang cinta orang tua, Alloh dan sahabat yang nyata. trus menulis gank.....
ReplyDelete