Google Ghifari's Sketchbook - Learn Share Inspire Ghifari's Sketchbook - Learn Share Inspire

Widgets

Widgets

Catatan Semester Lima



Sungguh banyak hal yang telah terjadi sepanjang semester lima dalam perkuliahan yang saya jalani. Berbagai peristiwa, manis dan pahit, datang silih berganti. Permasalahan keluarga, persahabatan, dan cinta, hingga masalah akademis, organisasi, prestasi, dan kepercayaan diri terjadi dalam waktu yang cukup singkat. Mungkin hal-hal seperti ini tidaklah istimewa bagi Anda, terlebih bagi yang telah mengalami hal yang serupa. Namun bagi saya tetap saja hal ini adalah peristiwa-peristiwa yang penting dalam hidup saya yang mungkin akan menentukan siapa diri saya kelak dan apa yang dapat saya capai kemudian. Di penghujung semester lima ini saya genap berusia kepala dua, suatu usia yag dapat dipandang sebagai batas kedewasaan seseorang. Dan itu tidaklah keliru, setidaknya menurut saya. Demi mengamini pernyataan tersebut, berbagai peristiwa yang telah datang memang –mau tidak mau– membuat saya melangkah ke arah kedewasaan dalam berpikir dan bertindak.

Perjalanan akademis di semester ini mungkin merupakan salah satu hal yang paling saya syukuri (meski memang segala peristiwa yang terjadi dalam hidup ini patut kita syukuri). Dengan usaha yang masih di bawah rata-rata, nilai saya cukup memuaskan. Namun hal ini tidak boleh terulang. Saya harus bisa berusaha lebih keras lagi. Going the extra miles dan berusaha di atas rata-rata yang dilakukan orang lain. Telah banyak target dan tenggat waktu saya buat di masa mendatang. Semoga terlaksana dengan baik.

Di semester ini juga saya mengalami apa yang disebut orang-orang sebagai “patah hati”. Merasa kehilangan atas apa yang kita merasa miliki, padahal tidak pernah kita miliki itu mungkin suatu perasaan yang absurd dan rumit. Dari hal ini saya mendapat pelajaran bahwa cinta, selayaknya jenis emosi dan perasaan lainnya, memang dapat tumbuh dan bahkan mati secara alami, mungkin tanpa disadari, tanpa pernah tahu kapan hal itu akan datang. Saya pun belajar bahwa kebersamaan dengan seseorang selalu mengandung risiko tersendiri, baik maupun buruk. Kesendirian bukanlah hal yang buruk, dan memang mana mungkin kita sendiri di dunia ini bukan? Hal itu kemudian membuat saya menempa diri untuk menjadi yang lebih baik. Saya tidak ingin mencintai seseorang karena kesendirian saya, terlebih karena saya ingin membagi kebahagiaan saya bersamanya. Untuk itulah kebahagiaan yang timbul karena diri saya sendiri untuk saat ini jauh lebih penting saya usahakan dan peroleh. Terlalu naifkah keinginan itu? Saya rasa tidak.

Blessing in disguise, mungkin idiom itu kadangkala benar adanya. Mungkin saya baru mengerti sepenuhnya bahwa cinta Tuhan, cinta keluarga, dan cinta yang berasal dari persahabatan yang tulus jauh lebih penting dan bermakna dibanding cinta semu, meski sangat menyenangkan. Sungguh banyak hal yang lebih patut saya syukuri dibanding saya keluhkan. Lagi-lagi ini merupakan fitrah manusia yang cenderung iri terhadap apa yang tidak dimilikinya namun tidak bersyukur terhadap apa yang telah dimilikinya. Kenyataan sederhana ini membuat saya cukup menyesal karena lebih banyak mengeluh dan mempertanyakan-Nya. Padahal nikmat-Nya sungguh melimpah dan tak terhitung, dan bahkan cobaan-cobaan tersebut termasuk ke dalam nikmat-Nya. Sesungguhnya memang sangat tak pantas bagi manusia untuk mengeluh, namun memang ini adalah salah satu sifat yang diturunkan Allah kepada umat manusia. Nikmat Tuhan mana lagi yang aku dustakan?

Sekarang saya amat bersyukur akan apa yang telah saya alami dan keadaan saya saat ini. Terinspirasi dari novel “Negeri 5 Menara” dan “Ranah 3 Warna” karya Ahmad Fuadi yang memuat “mantra” sederhana nan kuat man jadda wajada, man shabara zhafira siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil, siapa yang bersabar pasti akan beruntung, sangat ingin saya menjadi orang yang berhasil dan beruntung dengan bersungguh-sungguh dan bersabar. Kalau saja saya tidak mengalami hal seperti ini dalam salah satu fase hidup saya, mungkin tidak akan pernah ada kesadaran yang terbangun akan hal-hal sederhana namun memang benar adanya tersebut. Terima kasih Tuhan telah menyadarkanku di usia dewasa ini. Segala puji bagiMu ya Allah, Tuhan semesta alam.
Anda sedang membaca artikel Catatan Semester Lima yang dibuat oleh Abi Sofyan Ghifari dengan URL berikut http://abi-ghifari.blogspot.com/2012/01/catatan-semester-lima.html, apabila Anda ingin menggunakan artikel ini sebagai sumber, mohon sertakan link Catatan Semester Lima beserta nama penulis untuk menghargai Hak Cipta penulis dan menghindari plagiarisme. Terima kasih telah berkunjung :)

1 comment:

  1. Perjalanan cinta yang sangat menyentuh karena baru-baru ini saya mengalami. memang cinta orang tua, Alloh dan sahabat yang nyata. trus menulis gank.....

    ReplyDelete

Thanks for visiting and please leave your comments!! :D

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...