Google Ghifari's Sketchbook - Learn Share Inspire

Ketenangan Menghadap Allah SWT

Sudah lama sekali rasanya tidak menulis di blog ini.. Dan setelah sekian lama tidak menulis sangat banyak hal terjadi dalam hidup saya yang rasanya akan mengubah seluruh kehidupan saya di masa mendatang. Lima hari yang lalu, tepatnya pada hari Sabtu tanggal 13 Oktober 2012, ayah tercinta saya meninggal dunia untuk menghadap Sang Ilahi. Setelah lebih dari setahun menderita berbagai penyakit yang diakibatkan oleh komplikasi diabetes, bapak menghembuskan nafas terakhirnya di kediaman kami di daerah Pondok Labu, Jakarta Selatan.

Bapak divonis menderita multiple organ dysfunctions atau sering dikenal juga sebagai multiple organ failure (gagal organ). Pada awalnya organ jantung yang terlebih dahulu diserang, sehingga Bapak harus dibawa ke RSUP Fatmawati, Pondok Labu. Setelah sedikit membaik, giliran organ paru-paru yang terserang pneumonia yang juga mengharuskan bapak untuk dirawat. Kemudian menyusul organ-organ lain yang terserang seperti prostat, hati, lambung, hingga yang terakhir ginjal. Gagal ginjal mengharuskan bapak untuk menjalani cuci darah/hemodialisa karena racun-racun yang tidak dapat disaring oleh ginjal yang sudah rusak tetap harus dikeluarkan dari tubuh agar metabolisme tetap berjalan dengan baik. Meskipun pada awalnya bapak menolak, akhirnya berkat keinginan beliau untuk hidup lebih lama lagi setidaknya hingga anak tertuanya (yaitu saya sendiri) diwisuda, beliau mau untuk dioperasi pemasangan alat permanen untuk hemodialisa. Namun tak lama setelah menjalani operasi dan cuci darah, kondisi tubuh bapak justru menurun. Gagal nafas, serangan jantung, dan kadar ureum-kreatinin yang tinggi membuat bapak harus kembali terbaring di bangsal rumah sakit. Hingga pada akhirnya hari Kamis, 11 Oktober 2012 bapak tidak sadarkan diri dan dinyatakan koma. Beliau pun harus dipasangkan ventilator untuk membantu pernafasannya dan dipompa manual karena denyut jantungnya melemah. Kondisi itu tentu sangat mengkhawatirkan bagi keluarga kami. Saya yang melihatnya hanya bisa pasrah oleh tindakan medis yang dilakukan oleh dokter dan perawat. Terbersit rasa tidak tega di pikiran saya melihat ayah yang saya cintai dan sayangi terlihat begitu tidak berdaya. Saya juga sempat menyesal tidak menemuinya untuk yang terakhir kalinya saat ia sadar. Padahal ia selalu mencari-cari saya untuk sekedar berbicara mengenai penyakit yang dideritanya. Namun apa daya, iniliah takdir Tuhan.

Saya sangat sedih melihat kondisi bapak yang tidak sadarkan diri. Tidak pernah saya tidak menangis apabila melihatnya kesakitan seperti itu. Karena bapak dinyatakan sulit untuk sadarkan diri dengan kondisi organ yang hampir seluruhnya malfungsi, kami sekeluarga akhirnya sepakat untuk membawa pulang bapak seperti keinginannya saat masih sadar. Kami juga tidak tega melihat bapak terus kesakitan seperti itu dan hidup hanyaz karena dibantu oleh alat.

Kemudian Sabtu 13 Oktober 2012 pukul 15.30 WIB, bapak akhirnya kami bawa pulang menggunakan ambulans gawat darurat. Setelah sampai rumah, bapak kami baringkan di kasur, sementara seluruh kerabat telah hadir dan siap untuk segala kemungkinan. Setelah semua alat dilepas, termasuk alat bantu nafas, keluarga mulai mendoakan bapak. Nenek saya membacakan surat Yaasiin, ibu saya menuntun bapak membacakan dua kalimat syahadat, sementara kami anak-anaknya tak henti-hentinya berdoa demi keselamatan bapak. Akhirnya, setelah ibu saya selesai menuntun bapak membacakan dua kalimat syahadat sebanyak tiga kali, bapak menghembuskan nafas terakhirnya dan dijemput malaikat Izrail untuk menghadap Allah Azza Wajala. Innalillaahi wainna ilaihi raajiuun.

Tangis histeris kemudian memenuhi rumah duka. Semua yang hadir merasakan kehilangan dan kesedihan yang amat sangat, termasuk saya. Namun saya sadar bahwa yang dibutuhkan bapak saat ini hanyalah doa. Sementara kesedihan masih belum surut, para pelayat pentakziah datang berbondong-bondong menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya dan turut mendoakan almarhum. Rombongan pentakziah terus menerus datang hingga jenazah selesai dimandikan dan dikafani untuk dikebumikan keesokan harinya.

Sekitar pukul 09.00 WIB jenazah diusung ke masjid untuk disholatkan. Kemudian setelah disholatkan, jenazah dibawa menuju tempat pemakaman umum Kampung Pulo dimana buyut saya juga dimakamkan. Setelah sampai, pemakaman jenazah langsung disiapkan. Saya terus mengusung keranda jenazah bapak. Ternyata liang kubur bapak tepat di sebelah buyut saya meskipun kami semua tidak pernah merencanakan, mungkin Allah yang memang berencana untuk hal itu. Saya turut memasuki liang lahat, menempatkan jenazah bapak di tempat peristirahatan terakhirnya di dunia ini. Kemudian saya azan dan iqomat tepat di atas kepala bapak. Sungguh suatu hal yang menggiriskan bahwa azan pertama saya dilakukan di liang kubur bapak. Keluarga pun berusaha untuk saling menguatkan, mengetahui bapak telah tiada dan dikebumikan tepat di depan mata. Setelah selesai, tak kuasa saya menahan tangis. Teman-teman yang hadir berusaha menguatkan. Dan akhirnya doa kami mengiringi arwah bapak agar mampu menjawab pertanyaan para malaikat kubur dan diterima di tempat terindah di sisi-Nya. Aamiin.

Meskipun kesedihan masih menyelimuti kami sekeluarga, kami harus merelakan dan mengikhlaskan kepergian bapak untuk menghadap Allah SWT. Kami harus kuat, harus tetap melanjutkan hidup. Bapak meninggalkan tanggung jawab yang besar bagi saya selaku kepala keluarga untuk dapat menjaga ibu, adik-adik, serta keutuhan dan kehormatan keluarga.

Bapak, Abi sayang sama Bapak. Maafkan Abi untuk semua kesalahan Abi ya Pak. Abi, Mama, Ibnul, Fadel, keluarga dan teman-teman akan selalu mendoakan yang terbaik bagi bapak di kehidupan nanti. Bapak gak perlu khawatir. Bapak pasti sudah tenang di sana ya Pak. Cepat atau lambat kami semua pasti akan menyusul bapak dipanggil menghadap Ilahi.

"Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya lah kamu dikembalikan."
Q.S. Yaasiin: 83
Read more...

Renungan Hujan

Hidup ini selalu berkaitan antara satu hal dengan hal lainnya. Contoh mudah yang baru saja saya alami adalah hujan hari ini. Apabila hari ini tidak hujan, saya yang sedang berada di luar rumah tentu tidak akan kehujanan dan kebasahan. Tidak kehujanan berarti tidak sakit. Tidak sakit mungkin akan membuat saya tidak bersyukur bahwa hari ini masih diberi kesehatan..

Namun kenyataannya, di luar hujan. Hujan membasahi sebagian tubuh saya hingga akhirnya mengalami flu. Hal itu menyadarkan saya bahwa sehat adalah salah satu anugerah Tuhan yang paling indah, selain kehidupan. Untuk itulah Tuhan menurunkan hujan, membuat saya kehujanan dan sakit, hingga akhirnya menyadarkan saya bahwa kehidupan dan kesehatan merupakan dua anugerah Tuhan yang paling patut disyukuri oleh umat-Nya.

Tuhan memang dapat menyadarkan kita lewat berbagai macam hal yang terkadang tidak dapat kita duga dan kita sadari. Rencana Tuhan tak pernah dapat ditebak. Saya berani bertaruh apabila seluruh umat manusia dikumpulkan dan bekerja sama untuk memprediksi rencana Tuhan dan cara Tuhan bertindak, niscaya mereka takkan pernah sanggup. Cukuplah bagi kita sebagai makhluk-Nya menerima rencana Tuhan yang penuh misteri dengan lapang dada dan penuh keikhlasan. Kita hanya perlu mempercayai-Nya... :)



Jakarta, 4 Februari 2012
22.10 WIB
pada suatu malam yang dingin, di tengah pilek yang mendera
Read more...

Catatan Semester Lima



Sungguh banyak hal yang telah terjadi sepanjang semester lima dalam perkuliahan yang saya jalani. Berbagai peristiwa, manis dan pahit, datang silih berganti. Permasalahan keluarga, persahabatan, dan cinta, hingga masalah akademis, organisasi, prestasi, dan kepercayaan diri terjadi dalam waktu yang cukup singkat. Mungkin hal-hal seperti ini tidaklah istimewa bagi Anda, terlebih bagi yang telah mengalami hal yang serupa. Namun bagi saya tetap saja hal ini adalah peristiwa-peristiwa yang penting dalam hidup saya yang mungkin akan menentukan siapa diri saya kelak dan apa yang dapat saya capai kemudian. Di penghujung semester lima ini saya genap berusia kepala dua, suatu usia yag dapat dipandang sebagai batas kedewasaan seseorang. Dan itu tidaklah keliru, setidaknya menurut saya. Demi mengamini pernyataan tersebut, berbagai peristiwa yang telah datang memang –mau tidak mau– membuat saya melangkah ke arah kedewasaan dalam berpikir dan bertindak.

Perjalanan akademis di semester ini mungkin merupakan salah satu hal yang paling saya syukuri (meski memang segala peristiwa yang terjadi dalam hidup ini patut kita syukuri). Dengan usaha yang masih di bawah rata-rata, nilai saya cukup memuaskan. Namun hal ini tidak boleh terulang. Saya harus bisa berusaha lebih keras lagi. Going the extra miles dan berusaha di atas rata-rata yang dilakukan orang lain. Telah banyak target dan tenggat waktu saya buat di masa mendatang. Semoga terlaksana dengan baik.

Read more...

Syair Kehidupan dan Kematian


Syair ini dikutip dari buku “La Tahzan: Jangan Bersedih” karya Dr. ‘Aidh al-Qarni diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Samson Rahman.

Hukum kematian manusia masih terus berlaku,
karena dunia juga bukan tempat yang kekal abadi.
Hukum kematian manusia masih terus berlaku,
karena dunia juga bukan tempat yang kekal abadi.
Adakalanya seorang manusia menjadi penyampai berita,
dan esok hari tiba-tiba menjadi bagian dari suatu berita,
ia dicipta sebagai makhluk yang senantiasa galau nan gelisah,
sedang engkau mengharap selalu damai nan tenteram.
Wahai orang yang ingin selalu melawan tabiat,
engkau mengharap percikan api dari genangan air.
Kala engkau berharap yang mustahil terwujud,
engkau telah membangun harapan di bibir jurang yang curam.
Kehidupan adalah tidur panjang, dan kematian adalah kehidupan,
maka manusia di antara keduanya; dalam alam impian dan khayalan.
Maka, selesaikan tugas dengan segera, niscaya umur-umurmu
akan terlipat menjadi lembaran-lembaran sejarah yang akan ditanyakan.
Sigaplah dalam berbuat baik laksana kuda yang masih muda,
kuasailah waktu, karena ia dapat menjadi sumber petaka.
Dan zaman tak akan pernah betah menemani Anda, karena ia
akan selalu lari meninggalkan Anda sebagai musuh yang menakutkan
dan karena zaman memang dicipta sebagai musuh orang-orang bertakwa
Read more...

Kini...


Kini, di sinilah aku berdiri, di sebuah pantai berpasir putih, menghadap cakrawala dan laut yang memantulkan kilatan sinar jingga tanda mentari akan segera terbenam.

Pukul 17.04

Genap 25 jam 46 menit sudah peristiwa itu terjadi. Semenjak itu, berbagai bayangan, dengan bentuk potongan-potongan gambar menyerang dan mendesak pikiranku. Gambar aku tersenyum padamu dan kamu tersenyum balik kepadaku, gambarku menggenggam erat tanganmu, gambarku membelai ujung-ujung rambutmu, gambar kita menyeberang dari satu sisi jalan ke sisi jalan lain, gambar kita sedang belajar bersama, hingga gambarku denganmu bernyanyi bersama. Begitu banyak gambar-gambar merasuki pikiranku dalam waktu singkat, hingga aku mual karenanya. Dan terlebih karena aku tahu, aku sadar bahwa momen itu takkan terulang kembali.

Kata-kata cinta yang begitu tinggi, harapan-harapan indah yang kamu ucapkan, dan tatapan matamu saat mengutarakan hal itu kepadaku teramat membuai pikiranku, membutakan logikaku. Sama sekali tak pernah terpikirkan bahwa hal itu, sekarang, sama sekali bukanlah kenyataan. Begitu cepat, begitu terasa sesak.

Sejenak aku mengamati kedua kakiku yang menginjak pasir lembut ini, dibasuh oleh ombak yang menjilat-jilat pantai tanpa henti, yang mungkin baru berhenti jika sama sekali tak ada laut di depannya, atau apabila Sang Rembulan hancur, atau ketika sangkakala pertanda hari akhir telah dibunyikan. Pikiranku kembali disadarkan oleh ombak yang sedikit besar yang menghantamku hingga celanaku basah, mengembalikanku ke dalam realita.

Aku tidak terlalu suka angin pantai. Terkadang angin pantai yang sangat kencang dapat membuatku masuk angin, pusing, dan mual. Namun senja ini berbeda, angin laut ini hanya semilir ringan, meniup butir pasir dengan lemah, mengusap rambutku dengan lembut, seakan tahu akan suasana hatiku dan membisikkan ketenangan ke dalamnya. Aku harus bersyukur, alam masih sangat bersahabat denganku hari ini. Aku kembali ke dalam lamunanku, masih menatap cakrawala yang kini makin jingga. 

Read more...