Google Ghifari's Sketchbook - Learn Share Inspire

Catatan Semester Lima



Sungguh banyak hal yang telah terjadi sepanjang semester lima dalam perkuliahan yang saya jalani. Berbagai peristiwa, manis dan pahit, datang silih berganti. Permasalahan keluarga, persahabatan, dan cinta, hingga masalah akademis, organisasi, prestasi, dan kepercayaan diri terjadi dalam waktu yang cukup singkat. Mungkin hal-hal seperti ini tidaklah istimewa bagi Anda, terlebih bagi yang telah mengalami hal yang serupa. Namun bagi saya tetap saja hal ini adalah peristiwa-peristiwa yang penting dalam hidup saya yang mungkin akan menentukan siapa diri saya kelak dan apa yang dapat saya capai kemudian. Di penghujung semester lima ini saya genap berusia kepala dua, suatu usia yag dapat dipandang sebagai batas kedewasaan seseorang. Dan itu tidaklah keliru, setidaknya menurut saya. Demi mengamini pernyataan tersebut, berbagai peristiwa yang telah datang memang –mau tidak mau– membuat saya melangkah ke arah kedewasaan dalam berpikir dan bertindak.

Perjalanan akademis di semester ini mungkin merupakan salah satu hal yang paling saya syukuri (meski memang segala peristiwa yang terjadi dalam hidup ini patut kita syukuri). Dengan usaha yang masih di bawah rata-rata, nilai saya cukup memuaskan. Namun hal ini tidak boleh terulang. Saya harus bisa berusaha lebih keras lagi. Going the extra miles dan berusaha di atas rata-rata yang dilakukan orang lain. Telah banyak target dan tenggat waktu saya buat di masa mendatang. Semoga terlaksana dengan baik.

Read more...

Syair Kehidupan dan Kematian


Syair ini dikutip dari buku “La Tahzan: Jangan Bersedih” karya Dr. ‘Aidh al-Qarni diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Samson Rahman.

Hukum kematian manusia masih terus berlaku,
karena dunia juga bukan tempat yang kekal abadi.
Hukum kematian manusia masih terus berlaku,
karena dunia juga bukan tempat yang kekal abadi.
Adakalanya seorang manusia menjadi penyampai berita,
dan esok hari tiba-tiba menjadi bagian dari suatu berita,
ia dicipta sebagai makhluk yang senantiasa galau nan gelisah,
sedang engkau mengharap selalu damai nan tenteram.
Wahai orang yang ingin selalu melawan tabiat,
engkau mengharap percikan api dari genangan air.
Kala engkau berharap yang mustahil terwujud,
engkau telah membangun harapan di bibir jurang yang curam.
Kehidupan adalah tidur panjang, dan kematian adalah kehidupan,
maka manusia di antara keduanya; dalam alam impian dan khayalan.
Maka, selesaikan tugas dengan segera, niscaya umur-umurmu
akan terlipat menjadi lembaran-lembaran sejarah yang akan ditanyakan.
Sigaplah dalam berbuat baik laksana kuda yang masih muda,
kuasailah waktu, karena ia dapat menjadi sumber petaka.
Dan zaman tak akan pernah betah menemani Anda, karena ia
akan selalu lari meninggalkan Anda sebagai musuh yang menakutkan
dan karena zaman memang dicipta sebagai musuh orang-orang bertakwa
Read more...

Kini...


Kini, di sinilah aku berdiri, di sebuah pantai berpasir putih, menghadap cakrawala dan laut yang memantulkan kilatan sinar jingga tanda mentari akan segera terbenam.

Pukul 17.04

Genap 25 jam 46 menit sudah peristiwa itu terjadi. Semenjak itu, berbagai bayangan, dengan bentuk potongan-potongan gambar menyerang dan mendesak pikiranku. Gambar aku tersenyum padamu dan kamu tersenyum balik kepadaku, gambarku menggenggam erat tanganmu, gambarku membelai ujung-ujung rambutmu, gambar kita menyeberang dari satu sisi jalan ke sisi jalan lain, gambar kita sedang belajar bersama, hingga gambarku denganmu bernyanyi bersama. Begitu banyak gambar-gambar merasuki pikiranku dalam waktu singkat, hingga aku mual karenanya. Dan terlebih karena aku tahu, aku sadar bahwa momen itu takkan terulang kembali.

Kata-kata cinta yang begitu tinggi, harapan-harapan indah yang kamu ucapkan, dan tatapan matamu saat mengutarakan hal itu kepadaku teramat membuai pikiranku, membutakan logikaku. Sama sekali tak pernah terpikirkan bahwa hal itu, sekarang, sama sekali bukanlah kenyataan. Begitu cepat, begitu terasa sesak.

Sejenak aku mengamati kedua kakiku yang menginjak pasir lembut ini, dibasuh oleh ombak yang menjilat-jilat pantai tanpa henti, yang mungkin baru berhenti jika sama sekali tak ada laut di depannya, atau apabila Sang Rembulan hancur, atau ketika sangkakala pertanda hari akhir telah dibunyikan. Pikiranku kembali disadarkan oleh ombak yang sedikit besar yang menghantamku hingga celanaku basah, mengembalikanku ke dalam realita.

Aku tidak terlalu suka angin pantai. Terkadang angin pantai yang sangat kencang dapat membuatku masuk angin, pusing, dan mual. Namun senja ini berbeda, angin laut ini hanya semilir ringan, meniup butir pasir dengan lemah, mengusap rambutku dengan lembut, seakan tahu akan suasana hatiku dan membisikkan ketenangan ke dalamnya. Aku harus bersyukur, alam masih sangat bersahabat denganku hari ini. Aku kembali ke dalam lamunanku, masih menatap cakrawala yang kini makin jingga. 

Read more...